Rabu, 03 Juni 2015

Anatomi Manusia (perbedaan yang bersinergi)

Seperti yang kita lihat pada ilustrasi di samping. Beberapa anatomi membentuk sebuah susunan yang terstruktur dengan baik, sehingga terbentuklah suatu bentuk yang kita kenal dengan bentuk manusia.

Bagian besar pada manusia yakni kepala, tubuh, tangan dan kaki, membentuk sebuah struktur yang baik, sehingga mereka bersinergi dan manusia menjadi "hidup dan bergerak". 

Betapa mengagumkan untuk melihat mereka (anggota tubuh) masing - masing bekerja sama untuk menghasilkan pergerakan dan kehidupan dalam diri kita. Namun walaupun mereka adalah bagian dalam tubuh, perlu kita renungkan kembali lagi bahwa bentuk mereka tidaklah sama. Kepala memiliki bentuk yang berbeda dengan kaki, kaki memiliki bentuk yang berbeda tangan dan tangan memiliki bentuk yang berbeda dengan tubuh. Masing - masing dari mereka juga memiliki peranan yang berbeda - beda. Oleh karena itu mereka juga saling membutuhkan.

Hal ini sangat memberikan gambaran yang jelas bagi kita untuk dapat memahami sebuah perbedaan dalam bangsa kita. Bangsa kita yang tercinta ini terdiri dari banyak pulau - pulau, dan tiap - tiap pulau memiliki cara kehidupan yang membentuk budayanya tersendiri, dan tiap - tiap budaya membentuk bahasa. Akhirnya terbentuklah beragam suku, budaya dan bahasa yang berbeda - beda. 

Dari adanya perbedaan bahasa dan suku inilah seringkali kita menemukan clusterisasi antar kelompok suku, sehingga tiap - tiap orang hanya mementingkan kepentingan golongan kelompoknya dan acuh tak acuh terhadap kelompok lainnya yang berbeda darinya. Jika kita kembali pada anatomi tubuh manusia, adakah tangan berkata pada kaki "aku tidak butuh engkau! jangan masuk dalam kehidupanku!" atau tubuh berkata pada tangan "Rasanya engkau berbeda dengan ku, bentukmu aneh dan panjang, engkau tidak bisa menjadi bagian dalam kami!" Tentunya tidak pernah kita menemui ada orang yang memutilasi dirinya sendiri karena di rasa tangan berbeda dengan kaki atau kepala berbeda dengan tubuh. 

Demikianlah konsep ini seharusnya tertanam dalam bangsa kita, sehingga perbedaan bukanlah sesuatu yang perlu disingkirkan, akan tetapi disatukan dalam kesatuan bangsa, sehingga bangsa kita bisa menjalani fungsinya dengan baik, layaknya setiap tubuh manusia di mana setiap perbedaan dapat menciptakan harmonisasi dan memberikan kehidupan. Sehingga semboyan "Bhineka Tunggal Ika" benar - benar hidup dalam bangsa kita. Saya yakin, dengan konsep yang benar dalam menerima perbedaan, maka setiap perbedaan akan menghasilkan suatu kehidupan yang baik layaknya tubuh manusia.

Oleh Mario Tjajadi.







Jumat, 08 Mei 2015

Rhizopus Oligosporus (Bagaikan Rantai yang Mengikat) - Filosofi Tempe

Rhizopus oligosporus merupakan kapang dari filum Zygomycota yang banyak menghasilkan enzim protease. R. oligosporusbanyak ditemui di tanahbuah, dan sayuran yang membusuk, serta roti yang sudah lama. (Sumber Wikipedia)

Rhizopus Oligosporus inilah yang dimanfaatkan dalam pembuatan tempe yang sering kita makan sehari - hari. Tempe merupakan makanan tradisional bangsa kita yang sudah dikenal sejak lama dan hingga kini tempe menjadi bahan pokok atau list utama dalam hal yang harus dibeli di pasar sebagai bahan masakan. 

Pernahkah anda membayangkan, tempe yang sedemikian enak dan lezatnya, terbuat dari biji - bijian kacang kedelai yang "disatukan" oleh Rhizopus Oligosporus ini. Kacang kedelai hanyalah kacang kedelai yang berserakan apabila dihamburkan, dan kita hanya bisa menikmatinya sebagai "individu" kacang kedelai, namun hal tersebut akan menjadi berbeda, lebih nikmat, apabila kita mengikat, memproses, dan menyatukan kacang kacang kedelai tersebut menjadi sebuah tempe.

Demikianlah halnya seperti bangsa kita yang tercinta ini, dengan sekian banyak juta jiwa yang mendiaminya, apabila semangat kesatuan tidak mengikat di antara masyarakat, maka yang ada hanyalah sifat individualisme dan mudah berserakan layaknya kacang kedelai yang belum diolah menjadi tempe. 

Bangsa kita adalah bangsa yang kaya, kaya dengan sumber daya. Demikianlah kita perlu Rhizopus Oligosporus untuk mengikat satu kesatuan dan memberikan semangat kesatuan dan rasa memiliki negara, sehingga bangsa kita akan menjadi lebih nikmat baik bagi kita, maupun bagi negara tetangga kita.

Oleh Mario Tjajadi.